Orang Indonesia Harus Tetap Belajar Bahasa Indonesia

Sejak beberapa minggu yang lalu saya mendapat banyak tugas sekolah. Padahal sekarang ini adalah minggu terakhir menjelang UKK. Entah mengapa di minggu ini masih ada saja tugas baru yang diturunkan kepada saya dan teman-teman di kelas. Tugas kali ini adalah membuat teks argumentasi tentang, “Mengapa orang Indonesia harus tetap belajar bahasa Indonesia?”. Sepertinya menarik juga dijadikan bahasan di sini.

Baiklah, masuk ke bahasan. Setiap negara tentu memiliki bahasa nasional sendiri. Bahkan bahasa Inggris yang digunakan di Inggris dengan yang digunakan di Amerika itu ada bedanya. Demikian juga yang ada di negara kita ini, negara Indonesia. Walaupun kebahasaan Indonesia itu memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu, tetap saja bahasa Indonesia bukanlah bahasa Melayu. Ini karena struktur kebahasaan dan gaya bahasa kedua jenis bahasa ini tetap berbeda.

Bahasa itu luas dan cepat berkembang seiring zaman. Banyak kata-kata baru yang tercipta dalam waktu yang tidak lama. Keperluan-keperluan penting saat ini juga sarat akan tata bahasa yang baik dan benar. Lalu bagaimana kita mengikuti semua itu jika kita sama sekali tidak tahu menahu tentang semua perubahan dan pembaharuan ini? Maka dari itu, sekalipun kita adalah orang Indonesia, kita tetap harus mempelajari terhadap bahasa kita sendiri, bahasa Indonesia.

Indonesia ini adalah negara dengan banyak pulau, suku, adat, dan bahasa daerah. Orang Jawa tentu tidak mungkin dipaksa mengerti bahasa orang Papua. Orang Papua pun tentu tidak mungkin dipaksa mengerti bahasa orang Jawa. Namun, orang Papua dan orang Jawa dapat bersama-sama menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia untuk dapat saling berkomunikasi sebagai orang Indonesia.

Pentingnya menguasai bahasa Indonesia sebenarnya tidak sekadar dapat bercakap-cakap dengan bahasa Indonesia secara lancar. Masih banyak hal-hal di dalamnya yang juga harus ikut dipelajari dan dikuasai oleh kita, orang Indonesia.

Bahasa itu sulit, bahasa itu rumit sekalipun itu bahasa kita sendiri. Tidak percaya?

Tahun 2013 lalu Ni Kadek Vani Apriyanti berhasil menjadi peraih nilai UN tertinggi se-Indonesia dengan NEM 59,20 dari sempurna 60,00. Kelima mata UN berhasil ia kerjakan dengan nilai sempurna. Bahasa Indonesia-lah yang membuatnya gagal mendapat NEM sempurna. Ia harus puas dengan mata UN Bahasa Indonesia dengan nilai 9,20.

Masih ada lagi.

Tahun 2012 lalu Triawati Octavia juga berhasil menjadi peraih nilai UN tertinggi se-Indonesia dengan NEM 58,60 dari sempurna 60,00. Ia gagal meraih nilai sempurna pada mata UN Bahasa Indonesia.

Bahkan peraih nilai UN SMA tertinggi se-Indonesia sekalipun jarang mendapat nilai sempurna pada mata UN bahasa Indonesia. Itu adalah orang-orang yang bersekolah dan mempelajari bahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan yang tidak mempelajari bahasa Indonesia di sekolah? Kebanyakan dari mereka bisa lancar berbicara dengan bahasa Indonesia namun belum tentu baik dan benar. Jika Anda sering membaca tulisan-tulisan berbahasa Indonesia (yang baku) di internet, misalnya dari media sosial seperti Facebook. Coba bandingkan dengan aturan yang ada di buku EYD milik Anda. Jika Anda tidak punya, pinjam dulu punya teman setelah itu beli sendiri! Nanti akan Anda temukan beberapa—atau mungkin banyak—tata bahasa dan tata tulis yang salah di sana.

Saya tidak ingin berprasangka bahwa mereka itu cuek terhadap bahasa mereka sendiri, bahasa Indonesia. Mungkin mereka hanya hanyut dengan ‘kesalahan-kesalahan umum’ itu.

Sebenarnya jika diruntut lebih lanjut tentang ‘bahasa dan globalisasi’, maka terjadinya interaksi dengan antar bahasa tidak lagi sulit terjadi. Bahkan setiap hari mungkin Anda mengalaminya. Mengenai hal itu, kita tidak menutup kemungkinan bahwa jika ada orang asing yang membaca sebuah tulisan orang Indonesia bisa saja gagal menerjemahkan tulisan itu dengan perangkat lunak penerjemah di komputer mereka hanya karena kesalahan kecil dalam penulisan semula. Jika Anda sebagai orang Indonesia ‘secara sengaja’ membuat banyak kesalahan penulisan dalam tulisan Anda, itu ada dua kemungkinan. Pertama, itu artinya Anda sedang berusaha membuat penyandian bagi orang asing agar informasi di dalamnya tidak dapat mereka ketahui. Kedua, Anda sedang membuat diri Anda sendiri nampak bodoh dan membodohi orang lain yang secara tidak sengaja meniru Anda! (Ini kaitannya dengan melunturnya bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar yang digantikan oleh bahasa-bahasa gaul).

Sampai di sini, jelas bahwa penguasaan bahasa Indonesia yang baik atas orang Indonesia itu sangatlah penting. Banyak aspek khususnya dalam lingkup internal (nasional) maupun eksternal (internasional) yang menyangkut penguasaan kebahasaan nasional yang baik. Boleh saja mempelajari bahasa Inggris. Tapi pelajari dulu bahasa Indonesia! Karya-karya para pujangga tanah air saja masih dikenang sampai sekarang. Walaupun mereka sudah tiada, karya mereka tetap adalah hal yang berharga bagi banyak orang. Mereka dulu (pujangga) dapat berkehidupan layak juga berkat karya-karya mereka yang notabene karya-karyanya itu adalah karya kebahasaan (sastra) bahasa Indonesia.

Akhirnya, untuk Anda yang merasa masih banyak kekurangan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar–termasuk saya–khususnya tata tulis, pelajarilah EYD. Dan untuk Anda yang sudah banyak pengetahuan kebahasaan dan mahir berbahasa Indonesia silakan tularkan ilmu Anda dan ajaklah orang-orang sekitar Anda untuk ikut mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *