Pranegasi

Semalam saya diajak teman untuk srawung di organisasi kampus, menyertai adik tingkat yang sudah mau regenerasi kepengurusan ke adik tingkatnya lagi.

Ada yang unik dari cara mengajaknya.

“Nanti malam ba’da maghrib selo tak?”

Kemudian dia menegasikan di awal, sebelum saya menjawab satu kata pun.

Ora lah ya. Ora kan?”

Selo itu luang, ora itu tidak.

Ini menarik.

Cara ini membuat saya berpikir cepat untuk menawarkan koping atas negasi yang sudah buru-buru diberikan kepada saya.

Cara ini membuat saya tidak enak untuk membenarkan negasi tersebut sehingga cenderung mengiyakan ajakannya.

Untungnya saya memang cukup selo malam itu, jadi ajakan tersebut terasa ringan untuk diiyakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *